KITA SEDANG
MENCARI.DI MANA BELAHAN JIWA.KITA SEDANG MEREKA-REKA. KE MANA JALAN PULANG.
kita
aku juga bukan yang utama
aku hanya sehabatmu
yang selalu ingin diutamakan
aku bukan dia yang sempurna
aku bukan mereka yang ada segalanya
aku hanya orang yang selalu berusaha ada untukmu
ini hanya tentang aku dan kamu
tentang ego kita
tanpa mereka
aku selalu berusaha mengertimu
berusaha menyelami hatimu yang beku
tanpa pernah kutemukan jawaban
satu hal pasti yang aku tahu
kamu sahabatku dan selalu begitu
selamanya ..
aku bukan dia yang sempurna
aku bukan mereka yang ada segalanya
aku hanya orang yang selalu berusaha ada untukmu
ini hanya tentang aku dan kamu
tentang ego kita
tanpa mereka
aku selalu berusaha mengertimu
berusaha menyelami hatimu yang beku
tanpa pernah kutemukan jawaban
satu hal pasti yang aku tahu
kamu sahabatku dan selalu begitu
selamanya ..
ini hanya tentang aku dan kamu
tentang ego kita
tanpa mereka
aku selalu berusaha mengertimu
berusaha menyelami hatimu yang beku
tanpa pernah kutemukan jawaban
satu hal pasti yang aku tahu
kamu sahabatku dan selalu begitu
selamanya ..
aku selalu berusaha mengertimu
berusaha menyelami hatimu yang beku
tanpa pernah kutemukan jawaban
satu hal pasti yang aku tahu
kamu sahabatku dan selalu begitu
selamanya ..
aku selalu berusaha mengertimu
berusaha menyelami hatimu yang beku
tanpa pernah kutemukan jawaban
satu hal pasti yang aku tahu
kamu sahabatku dan selalu begitu
selamanya ..
satu hal pasti yang aku tahu
kamu sahabatku dan selalu begitu
selamanya ..
selamanya ..
selamanya ..
Kamu adalah sebuah cerita, yang baru saja dimulai.
Dan sebuah lagu, baru di bait ke satu ..
Kamu adalah sebuah perjalanan.
Yang baru saja meninggalkan, pekarangan rumah di depan.
Dengan segala peraturan dan kebosanan.
Kamu adalah sebuah gangguan, untuk sederet rutinitas.
Kamulah yang melembutkan, kejenuhan yang mengeras ..
Kamu adalah setangkai bunga yang segar, yang selalu mencari, di
mana sinar matahari memancar.
Kamu sebuah awal baru yang senantiasa membuatku berpikir: Apakah
kesempatan bagiku, untukmu jadi sebuah akhir?
Kamu. Empat
karakter yang senantiasa membuatku bertanya-tanya. Di kamu kah masa depan berada?
Seandainya kamu bisa melihat kamu dari mataku, kamu akan melihat
orang yang menyebalkan, yang jahil, yang cuek, tapi selalu membuatku tertawa.
Seandainya kamu bisa melihat kamu dari mataku, kamu akan melihat
orang yang nggak pernah mau mengalah, orang yang seenaknya saja, namun juga
orang pertama yang akan bertanya, "apa aku baik-baik saja?"
Seandainya kamu bisa melihat kamu dari mataku, kamu akan tahu
bahwa kamulah satu-satunya.
Seandainya kamu bisa melihat kamu dari mataku ...
Kamu akan tahu, aku sedang melihat cinta pertama.
Sudut-sudut kota ini
dan lekuk awan di pagi hari.
Setetes embun yang sejenak
dan sekilas senyum yang terhapus
Setiap titik di kertas ini
dan helai-helai rumput di bawah kaki
Butiran pasir yang terseret lagi
ke dalam lautan yang tak bertepi.
Kamu ada di segala hal
yang terbesar dan yang terkecil
Kamu ada di semua tempat
yang terbanyak dan yang terpencil
Di kesempurnaan dan kenyamanan rumahku
kamu adalah jerawat yang muncul saat bangun tidur
Betapa mengganggu, betapa lucu
kamu sudah menjadi bagian dari hidupku
Kadang, aku merasa kamu adalah keindahan yang tak terjamah.
Namun, semakin lama kita bersama, aku sadar, keindahan yang
sesungguhnya tak perlu mewah.
Sering, hanya dengan menatap senyummu, aku sudah merasa bahagia.
Aku menyukai semua yang kita punya saat ini.
Kehampaan yang dulu pernah singgah, perlahan-lahan pergi, sejak
kamu di sini.
Kamu tau kenapa kamu spesial? Karena
kamu adalah jawaban dari istilah 'bahagia itu sederhana ...
Ah, cinta memang sederhana. Manusia
yang menjadi penuh ukiran rumit, dan berbelit-belit. : ')
Aku mengerahkan rasa yang kupunya pada ujung jemari. Membuatnya menari bersama hujan yang menyapa bumi.
Kamu membenci hujan. Becek,
lembab, basah dan membuatmu merana. Namun
kita sama-sama mencintai pelangi setelah hujan reda.
Hujan, tak selalu mengirimkan rindu.Terkadang dia mengirimkan
tetesan yang memukul dinding masa lalu.
Aku pernah bertanya: bisakah hujan melarutkan rasa gundah? Sayang, hujan terlalu malas untuk berbalas sapa.
Aku pernah mencintai hujan yang membantuku menyamarkan air mata. Aku membenci kepalsuan tapi harus tersenyum walau duka meraja.
Bagiku, romantis bukan ketika menatap hujan yang merintik dalam
gerak lambat.Tapi merekam setiap senyum yang pernah kamu buat.
Aku pernah merasakan hangatmu memeluk sela jemari. Memandang keluar jendela, menghitung sisa tetes hujan tadi.
Kamu, jarang merangkai karakter indah.Tapi kamu selalu berhasil
mengusir airmata dan menghadirkan tawa.
Namun, semua yang kini aku pegang hanya satu kata: pernah. Bisa kah kamu kembali menjadi kamu? Akankah
kamu dan aku melebur menjadi kita?
........ karena
aku tak pernah suka pada kata pernah.
...............................................................
Tak pernah.
Pertemuan pertama kita terekam jelas di otakku. Aku sering
memainkan adegan itu dalam gerak lambat. Mengingat, mereka, dan merasakan
setiap helai gerakanmu.Ingatkah kamu, waktu itu aku hampir celaka? Kamu
ada di sana. Aku ada di sana.Terluka.
Kini, aku hanya ingin menghentikan waktu, dan mempigurakan
senyummu yang selalu bisa membuatku tenang. Walau dalam badai, meski dalam
tangis, dan senja merah yang manis.
Mungkin kita adalah dua sisi koin yang ditakdirkan
berpasangan. Mungkin di saat seperti ini, kita baru paham seperti apa bentuk
rindu yang menelusup pelan. Kala diam. Kala hening. Kala malam.
Jika rasa ini memang nyata, maka ajari aku, tetap melaju tapi tak
terjebak waktu. Tetap berputar tanpa harus terlempar. Tetap mengalir
tanpa harus berpikir
Kamu. Ketika rumus fisika majal, matematika meninggal, kimia
tak lagi berguna, dan biologi hanya kata tanpa arti.Kamu, ketika cinta menjelma
menjadi satu definisi. Pasti.
Aku selalu percaya, tujuan kita hidup di dunia tak sekedar
bernapas, makan, bersekolah, mengerjakan pe er, dan hal semacamnya.
Aku percaya, hidup adalah perjalanan untuk mencari jati diri. Kita hidup untuk menemukan siapa kita sebenarnya. Ada yang menemukan jati dirinya dengan mudah, ada yang menemukan
jati dirinya dengan serangkaian kejadian dan peristiwa pahit.
Aku berkaca pada hidup yang terkadang lucu. Pada orang yang aku kagumi. Pada
orang-orang yang aku sayang. Kita,
manusia, sedang berpetualang mencari jati diri. Mencari
jalan untuk menembus waktu dan menyatukan keping-keping masa lalu.
Hidup adalah perjalanan mencari jati diri.Lebih dari itu, hidup
adalah perjalanan untuk menemukan jalan pulang. Ke sebuah
rumah yang hangat. Yang di
dalamnya berisi tawa dan peluk hangat dari orang-orang yang kita sayang.
Sebuah rumah yang membuat kita tak ingin pergi lagi, karena
kehadiran mereka membuat kita menjadi manusia yang lebih baik, manusia yang
lebih hidup, manusia yang penuh cinta.
Semoga kamu cepat sadar, bahwa sebenarnya kamu
sudah menemukan jalan pulang, namun kamu memutuskan untuk kembali mencari. Kami adalah keluargamu, kami adalah rumahmu. Sejak kamu dipeluk ibu, sejak kamu ditimang ayah, sebenarnya, kamu
telah .... Pulang.
Siapakah kita? Siapakah
aku? Kenapa kita dilahirkan ke
dunia ini? Kenapa
kita besar dan sekolah? Buat apa
semua ini? Dan,
bagaimana akhirnya?
Semua pertanyaan ini mungkin tidak akan mendapat jawabannya sampai
kita menutup mata. Namun
selama aku hidup, inilah yang aku percaya ...
Bahwa aku ada karena cinta. Bahwa aku
hidup untuk cinta. Dan suatu
hari aku akan berpulang kembali ke cinta.
Cinta bukan berarti selalu tertawa. Bukan
berarti selalu bersedih. CInta
bukan berarti selalu mengetahui. Tapi,
cinta berarti selalu memahami.
Siapakah kita? Siapakah
aku? Pada akhirnya, aku hanya
bisa menjawab. Bahwa
jati diri kita hanyalah satu, yaitu cinta.Karena, kalau bukan karena cinta,
keberadaan kita di dunia pastilah kehilangan makna.
0 komentar:
Posting Komentar